Tata Cara Pernikahan Tionghoa
Sampai kini tata acara
adat pernikahan tionghoa masih dilakukan dibeberapa daerah pecinan di
Tangerang.Perayaan yang rumitpun dibuat sederhana tanpa kehilangan makna dan
nilai sakral serta kekhasannya yang nampak pada pakaian pengantin yang pria
adalah replika pakaian kebesaran pejabat dinasti Qing (1644-1911) yang terlihat
dari topi dan jubahnya, yang wanita mencirikan akulturasi tionghoa-betawi yang
terlihat dari penggunaan kembang goyangnya.
Lamaran
Ini adalah prosesi
pertama dari seluruh rangkaian tradisi pernikahan.Keluarga calon mempelai pria
mendatangi keluarga calon mempelai wanita untuk melamar dan berembug.
Sekarang lamaran cukup
dilakukan dengan mengantar rantang bambu lacquerware susun bulat/ persegi
empat, berisi kue-kue dan buah-buahan yang berjumlah genap.Rombongan terdiri
dari calon mempelai ditemani ortu/ wali bersama dengan kerabat yang
dipercaya.Setelah lamaran diterima, ortu/ wali memberikan tanda mata berupa
perhiasan kepada calon menantunya, sebagai tanda ikatan.Setelah lamaran diterima,
minuman/ hidangan disajikan, ayah/ wali pihak lelaki menyelipkan angpao berisi
uang dibawah cangkir teh yang disajikan sendiri oleh calon mempelai wanita.
Sang Jit
Adalah istilah Hokkian
yang menurut David Kwa berarti penentuan hari.Namun kini lebih dimaknai sebagai
pengiriman mahar oleh keluarga calon pengantin pria ke keluarga calon mempelai
wanita. Umumnya hantaran ini terdiri dari pheng kim (uang lamaran), uang susu,
perhiasan, arak 2 botol (yang mana salah satunya akan dikembalikan pada
keluarga mempelai pria), paha babi, lilin perkawinan bermotif naga (liong) dan
burung hong (phoenix) 2 pasang, sesusun kue pia, buah-buahan, kue-kue, pemen,
manisan, pakaian, sepatu, parfum, dll, tergantung kondisi keungan keluarga
mempelai pria. Hantaran ini diberikan dengan nampan berjumlah genap, max 12yang
dibwa oleh pria lajang dari calon mempelai pria dengan harapan agar mereka
cepat bertemu jodoh.
Menata Kamar Pengantin
Dalam tahap ini,
mempelai pria juga mempersiapkan ranjang baru untuk menyiapkan kehidupan baru
sebagai pemimpin keluarga. Prakteknya sederhana, hanya menggeser sedikit letak
ranjang yang sudah di tata dan dipersiapkan secara khusus oleh orang-orang yang
dipercaya, prosesi ini dilakukan setelah sang jit. Penataan kamar pengantin
juga dilakukan oleh orang tua, setelah itu anak-anak kecil diminta untuk
melakukan salto/ loncat-loncat diatas ranjang , maksudnya agar pengantin segera
mendapat momongan, dan hingga kini tradisi ini sering dilakukan.
Penyalaan Lilin
Ritual chio thao
diawali dengan penyalaan lilin oleh ortu mempelai pada hari berikutnya yaitu
pada pukul 1 dini hari. Lilin merah bermotif naga (liong) dab burung hong
(phoenix) dipasang dimeja sembahyang leluhur, maksudnya adalah mengahalau
pengaruh tidak baik yang dapat mengacau perhelatan pernikahan. Suatu
kepercayaan lain dimana lilin harus terus menyala hingga 3 hari sesudah
pernikahan saat kedua pengantin berkunjung ke ortu mempelai wanita.
Siraman dan Chio Thau
Meski tak sering
dilakukan ritual ini sangat bermakna. Diawali dengan sembahyang kepada Tuhan
(Thian) dan dilanjutkan dengan penghormatan kepada leluhur, mempelai wanita
dimandikan dengan air bercampur wewangian alami (antara lain semacam buah
anggur) dengan maksud menjauhkan pengaruh tidak baik, ritual ini juga dilakukan
oleh calon mempelai pria.
Makan 12 Sayur
Dalam tahap selanjutnya
busana pengantin dikenakan oleh mempelai dibantu ortu. Ritual berikutnya kedua
mempelai (dirumah masing-masing) “makan” 12 jenis masakan yang dihidangkan
dalam 12 mangkok yang berarti beraneka rasa dalam hidup : manis, asam, asin,
pahit dan pedas yang harus diterima apa adanya. Pelaksanaanya, calon mempelai
hanya menyentuhkan sumpit ke-12 masakan baru disuapkan kemulut sekali saja,
dengan dampingi ayah disebalh kiri dan ibu disebelah kanan serta didepannya 2
bocah lelaki yang ikut melayani disebut kia teng.
Berikutya secara
simbolis ayah dan ibu memberikan suapn terakhir berupa nasi yang dicelupkan
kedalam air gula. Kemudian dilanjutkan dengan pay ciu, yaitu calon mempelai
menyuguhkan arak kebahagiaan kepada keluarga besar yakni merek yang telah
menikah.
Penjemputan Mempelai
Wanita
Kedatanganmempelai pria
ke kediaman mempelai wanita biasanya diiringi musik tradisional tionghoa (pat
im) yang mengalunkan nada-nada yang riang.Kadang-kadang disertai tarian barongsai
yang menyemarakan suasana. Mempelai pria yang datang bersama tukang rias atau
comblang dan kia teng (sepasang bocah lelaki pendamping pria/ paigeboys)
disambut ibu mempelai wanita dengan taburan beras kuning, biji kacang buncis
merah dan hijau, uang logam serta bunga sebagai simbol bemakna harapan
melimpahnya kemakmuran dan kesejahteraan mempelai.
Pay Ciu
Ritual berpamitan pada
ortu, keluarga dan leluhur dilakukan dalm ritual pay ciu, dimana mempelai
wanita menghidangkan arak dalam cangkir kecil untuk ortu dan para sesepuh
keluarga (yang sudah menikah) sebagai simbol syukur, penghormatan dan ucapan
selamat tinggal, dimulai dari yang senior ke yunior. Sebagai balasan ortu
memberi perhiasan/ ang pao.
Penyambutan Keluarga
Pria
Kedua mempelai disambut
nenek/ ibu mempelai pria dengan taburan beras kuning, biji kacang buncis hijau
dan merah serta uang logam. Biji-bijian sebagai simbol kesuburan, sementara
uang logam perlambang harapan akan berlimpahnya rejeki dan kesejahteraan kedua
mempelai.
Cin Pang (Memasuki
Kamar Pengantin/ Temon)
Setiba dirumah mempelai
pria, kedua mempelai langsung dibimbing masuk kekamar pengantin dimana mempelai
pria akan membuka kerudung dengan cara menggulung kerudung menggunakan kipas
yang telah dibawa sejak penjemputan lalu mncabut 1 kembang goyang lalu mempelai
wanita akan membuka 1 kancing baju teratas mempelai pria dan kedua mempelai
akan saling menuang teh dan mengudap permen serta manisan sebagai pengharapan
akan kehidupan pekawinan yang manis dan selalu bahagia . ada juga yang
menikmati onde-onde yaitu panganan bulat terbuat dari tepung ketan bertabur
wijen perlambang keutuhan hidup berumah tangga.
Sembahyang Sam Kay
Setelah itu kedua
mempelai melakukan upacara pernikahan yang sesungguhnya dihadapan Tuhan dengan
sembahyang sam kay disebuah altar khusus yang disebut meja sam kay, berbentuk
sebuah meja tinggi dengan kelengkapan dua batang tebu merah beserta daun dan
akarnya.Dengan dilakukannya sembahyang sam kay dan disaksikan ortu dan sesepuh
keluarga, sahlah kedua mempelai mengikat janji sehidup semati dihadapan Tuhan.
Usai sembahyang sam kay kedua mempelai melakukan penghormatan keluarga besar
dan memperkenalkan mempelai wanita dalam upacara te pay. Dalam sejumlah tradisi
sungkeman dan te pay sebagai bentuk penghormatan pada ortu dan generasi yang
lebih tua dalam keluarga besar.
Te Pay
Adalah ritual minum teh
seremoial untuk menghormati orang yang lebih tua dan memperkenalkan istri/
suami kepada keluarga masing-masing. Te pay dilakukan dengan cara : mempelai
menyajikan teh (memegang dengan kedua tangan) dan memberikan kepada ortu/ yang
dihormati didalam keluarga sebagai simbol mohon restu dan doa agar dalam
berkeluarga mendapat keberuntungan.
Pulang Tiga Hari
Usai te pay, biasanya
dilanjutkan dengan upacara keagamaan/ pesta pernikahan. Sebagai ucapan terima
kasih/ restu dari generasi tua dari masing-masing keluarga, maka 3 hari setelah
pesta pengantin baru ini harus berkunjung kerumah para senior yang telah
memberikan restu dan ikut te pay dengan membawa jeruk sebagai simbol keberuntungan/
kemakmuran.
The Flow of Ang Pao
Salah satu tradisi
masyarakat tionghoa adalah memberi ang pao yang biasanya hadir dalam bentuk
amplop warna merah, adalah simbol hadiah berupa uang yang hanya diberikan apda
acara-acara tertentu.
The History
Tidak ada sumber yang
jelas kapan tepatnya ang pao mulai dikenal.Konon selama dinasti Qing para tetua
mengikat uang koin dengan seutas tali merah yang dapat dipercaya dapat
melindungi mereka dari penyakit dan kematian. Kemudian dimasyarakat Cina muncul
kepercayaan denga memberikan ang pao dapat memperpanjang hidup mereka, meskipun
demikian “efek magis” ang pao tidak bertahan lama, hal ini disebabkan munculnya
roh jahat yang bersarang dalam gigi orang yang telah meninggal dan untuk
menghindarinya masyarakat membakar hio setiap malam, 5 menit sebelum tidur.
Kebiasan ini berlangsung selama 3 hari sebelum dan sesudah tahun baru cina. (itc)